Jumat, 09 April 2010

"'Tua-Tua Keladi, Besi Tua Makin Jadi'" oleh Iggoy El Fitra








'Tua-Tua Keladi, Besi Tua Makin Jadi', demikian istilah yang cocok bagi para pehobi sepeda unto (ontel) dari Kota Pariaman, Sumatera Barat. Besi-besi tua itu tidak dibiarkan menjadi besi kiloan yang bertumpuk di gudang atau tempat pengumpulan besi, melainkan dimanfaatkan dan dirawat sehingga dapat dipergunakan layaknya sepeda biasa.

Adalah Arif Susanto, seorang pemuda 28 tahun yang menggagas dibentuknya Komunitas Unto Pariaman Re-generasi (Kompeni) pada awal tahun 2009 lalu bersama sembilan orang temannya. Awalnya, Arif tertarik dengan sepeda tua warisan orangtuanya. Namun tekadnya tidak berhenti sampai di sana, maka ia pun memburu keberadaan sepeda tua lainnya di Kota Pariaman dan sekitarnya.

"Saya dapat sepeda unto jenis merek Burgers dari Belanda, buatan tahun 1869. Sepeda ini pertama kali saya dapatkan dari seorang tukang beruk (pembawa kera pengambil buah kelapa)," ungkapnya. Ia membeli sepeda itu sebab pemilik sepeda sudah tua dan tidak sanggup lagi mengayuh sepeda. Sepeda legendaris Belanda itulah yang menjadi kesayangannya, bahkan emblem Burgers masih melekat di stang sepeda meski nyaris hilang ditelan karat.

Maka ia terus mencari keberadaan sepeda-sepeda tua, di antaranya ia menemukan sepeda dari Belanda merek Simplex buatan tahun 1887. Sampai sekarang ia baru bisa mengoleksi lima sepeda tua buatan Belanda dan Inggris. Minatnya tersebut didukung teman-temannya yang tergabung dalam Kompeni di Kota Pariaman. Di Pariaman, sepeda unto itu dijual mulai Rp80 ribu-an di penjualan besi kiloan, hingga Rp8 juta-an untuk kondisi sepeda yang terawat dan berusia paling tua.

"Naik sepeda ini, sehat, anti polusi. Walau begitu, kita juga tetap mematuhi peraturan lalu- lintas. Tidak boleh ugal-ugalan di jalan," tambah Arif yang berambut gimbal itu. Diakuinya, minat memakai dan mengumpulkan sepeda unto masih kurang. Tahun lalu dirinya sempat mengumpulkan 70 orang anggota Kompeni, namun tahun ini anggota semakin berkurang hingga menjadi 30 orang.

Kini ia bersama Kompeni akan tetap giat berkegiatan serta berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata, dengan menggelar konvoi di tepi pantai Pariaman setiap Sabtu dan Minggu sore.
Bahkan Kompeni beringinan berpartisipasi dalam iven Balap Sepeda Internasional Tour de Singkarak 2010 yang akan digelar pada Juni mendatang, dengan Kota Pariaman sebagai etape pertama. Setidaknya peserta Tour de Singkarak yang sebagian besar berasal dari luar negeri tahu bahwa sepeda buatan negara mereka dilestarikan di Indonesia. [TEKS DAN FOTO Iggoy el Fitra] http://www.facebook.com/album.php?aid=183638&id=1570179069